Jumat, 20 Agustus 2010

POTENSI AREN SEBAGAI PENGHASIL GULA MERAH DAN ETHANOL

Tanaman penghasil gula merah dan ethanol yang banyak dibudidayakan adalah Tebu, Kelapa deres, Aren (enau) dan Siwalan (lontar) serta Nipah. Meskipun yang disebut terakhir ini luasan dan produksinya masih rendah. Sementara itu beberapa jenis tanaman lainnya yang juga berpotensi menghasilkan ethanol antara lain Singkong (cassava), Sorgum, Ubi jalar, Jagung, dan Jarak pagar.
Tanaman aren dapat dikategorikan sebagai tanaman serba guna. Bunga jantannya bila disadap menghasilkan nira rata - rata 15 lt/hari tiap pohonnya. Setiap 10 lt nira aren dapat menghasilkan 1 kg gula merah. Setiap 20 lt nira aren setara dengan 1.3 lt bioethanol. Setiap pohon aren dapat menghasilkan 15 - 20 lt nira/hari. Tanaman aren mulai berproduksi umur 8 - 10 tahun, disadap setiap hari (pagi dan sore) masa sadap 3 - 5 tahun, masa produktif 2 - 4 tahun. Sepanjang masa produktifnya jumlah mayang yang disadap 15 - 20 buah.
Bunga betina yang masih muda dapat dijadikan kolang kaling 100 kg/pohon setiap tahun sebagai tanaman penyegar favorit, terutama selama bulan puasa bagi umat Islam. Pohon aren dapat menghasilkan ijuk rata - rata 2 kg/tahun setiap pohon, dapat dipanen pada umur 2 - 9 tahun. Bila tidak disadap, tanaman aren dapat menghasilkan tepung 40 kg/pohon. Tanaman aren yang sudah tidak produktif batangnya dapat dipakai kayu bakar. batang kayu tua dapat digunakan sebagai bahan mebel dan kerajinan tangan tekstur yang khas (eksotik).


David Alloreung, peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan Kementerian Pertanian dalam seminar Aren di BPPT Desember 2007 menyampaikan potensi aren dengan asumsi "sedang" seperti berikut :
  • Populasi            :  156/ha (jarak tanam 8 x 8 cm)
  • Pohon disadap  :  80 pohon /ha/hari
  • Masa sadap      :  200 hari/tahun
  • Produksi nira    :  15 lt/hari
  • Rendemen        :  12%
  • Produksi Gula   :  80 Ph x 15 lt/hari  x 200 hari  x  12 %  =  28,8 ton/ha/tahun
Johan Bukit dari PT. Kreatif Energy Indonesia mencatat harga gula aren murni di jakarta mencapai Rp. 10.000,- /kg, sementara itu petani aren di Sibolangit, Sumatera Utara menjual gula aren Rp. 8.000,-/kg. Kelompok Tani Aren Lebak Banten lebih maju lagi, diterima di seluruh Hypermarket dan memasok pesanan luar negeri dengan harga Rp. 18.000,-/kg franco Jakarta.
Aren dapat ditanam diantara tanaman yang sudah ada, atau untuk penghijauan. Tanaman aren adaptasinya tinggi terhadap berbagai kondisi lahan dan agroklimat, memiliki toleransi tinggi dalam pola tanaman campuran. Bila sebagai tanaman tumpang sarijarak tanam ideal 6 x 12 m, untuk tanaman monokultur 8 x 8 m (156 pohon/ha), untuk tanaman sisipan sesuai ketersediaan lahan.
Hingga saat ini belum ada varietas unggul yang dilepas secara resmi oleh pemerintah. Secara tradisi onal aren yang berpotensi hasil tinggi dikenal dengan nama Aren Tinggi di Rejang Lebong Propinsi Bengkulu, Enau Gajah di kabupaten Pasaman, Sumatera Barat dan Aren Bagong di kecamatan Cibeber, kabupaten Cianjur, Jawa Barat.


Meskipun Aren berpotensi menghasilakn rupiah, tetapi belum banyak dilirik anrata lain karena 6 - 10 tahun sejak ditanam baru mulai menghasilkan. Mestinya hal tersebut tidak perlu menyurutkan niat siapapun yang berminat membudidayakan aren karena dapat disiasati. karena dapat disadap setelah berumur 6 - 10 tahun, maka penanamannya harus dilakukan bertahap dalam 6 - 7 tahun dan dalam bentuk farming system dengan kombinasi tanaman lebih awal dipanen misalnya tanaman semusim, tanaman obat - obatan, atau kopi (2 tahun), kakao (2,5 tahun) tergantung topografi lahan dan peluang pasar.


Tanaman aren dapat dikombinasikan dengan tanaman kayu seperti sengon (legume tree crops) yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar dan sumber bahan organik sekaligus tanaman pelindung bagi aren muda. Salah satu kelebihan dari tanaman aren adalah investasi penanaman hanya satu kali, karena setelah tanaman mati, anakan dari buahnya sudah tumbuh dalam jumlah banyak hingga dapat membuat hutan aren.


Sumber : 
David Alloreung - Badan Litbang Deptan, Johan Susilo - PT Blue Indonesi, Johan B. Bukit - PT Kreatif Energy Indonesia dan berbagai sumber - diolah AGI
(disadur dari : Warta AGI edisi Mei 2010)

1 komentar: